Dosen FK UIN: ASI Ekslusif dan Kekebalan Tubuh Anak
Oleh: dr. Yanti Susianti, Sp. A (K)
Air Susu Ibu (ASI) tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, sejak kelahiran hingga usia dua tahun, karena di dalamnya terkandung zat terbaik yang dibutuhkan. Selain itu, ASI merupakan sarana penting yang mentransportasikan gizi kepada bayi dari seorang ibu melalui asupan makanan yang dikonsumi si ibu. ASI mudah dicerna oleh sistem pencernaan bayi yang masih lemah dan mengandung beberapa zat yang tidak bisa dipenuhi oleh susu formula.
Pekan pertama Agustus (dari tanggal 1-7 Agustus 2017) disebut juga Sepekan ASI. Peringatan Sepekan ASI ini merupakan momentum yang baik untuk mengingatkan kembali kepada para ibu agar memberikan ASI dalam kondisi apapun, baik yang tidak bekerja atau yang bekerja. Kecuali ibu yang memang benar-benar tidak dapat memberikan ASI-nya seperti ibu dengan kanker dan sedang dalam pengobatan kemoterapi atau radiasi. Selain para ibu, peringatan juga penting dalam menumbuhkan dukungan bagi ibu menyusui, mulai dari suami, keluarga, pengasuh maupun tempat ibu menyusui bekerja.
Seorang ibu bekerja mempunyai problem berbeda dalam memberikan ASI dengan ibu tidak bekerja. Seorang ibu bekerja masih dapat memberikan ASI kepada anaknya dengan cara memerah (memompa) ASI dan memberikannya saat ibu sudah pulang ke rumah. Kendalanya, ia akan sulit mencari waktu untuk memerah ASI karena padatnya jam bekerja pegawai, tidak memiliki ruang untuk menyusui atau memerah ASI, dan tidak tersedianya kulkas untuk menyimpan ASI perah. Idealnya memerah ASI dilakukan tiap tiga jam sekali. Diharapkan ke depannya semua ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI pada anak-anaknya.
Awal pemberian ASI pada bayi sehat dimulai dengan sebutan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD dilakukan begitu bayi lahir dan dinyatakan bugar, lalu bayi langsung disusui oleh ibunya. Keberhasilan memberikan ASI didahului dengan keberhasilan IMD. IMD yang dilakukan dalam waktu kurang lebih 1 jam dapat membantu bayi menjadi lebih mudah menyusu pada ibu. IMD dilakukan dengan meletakkan bayi di atas perut atau dada ibu dan bayi diharapkan dapat menemukan puting ibu dengan merangkak ke arah puting dan mulai menyusu. ASI yang keluar pertama (disebut kolostrum) merupakan ASI yang baik karena mengandung antibodi dan nilai gizi tinggi. Walaupun ASI yang ke luar sedikit bayi sudah dapat dikatakan menyusui.
Pentingnya ASI disebutkan dalam QS Luqman (31): 14. Ayat ini menjadi dasar pemberian ASI hingga usia bayi mencapai 2 tahun. Begini terjemahahannya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tua ibu-bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan keoada dua orang tuamu, ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” .
Maksud diberikannya ASI hingga bayi berusia dua tahun merujuk pada kegunaannya bagi si bayi sendiri. Diantaranya, ia menjadi sistem imun dalam mencegah berbagai penyakit berbahaya, infeksi saluran pernafasan, mencegah alergi atau asma, serta infeksi telinga. Selain itu, otak bayi berkembang terbaik pada dua tahun pertama, sehingga komponen ASI yang terbaik juga akan membuat perkembangan otak anak akan lebih baik. Hal lain diberikannya ASI oleh ibu kepada anak adalah untuk mendekatkan emosional dan komunikasi baik antar ibu dan bayi.
Menurut World Health Organization (WHO), waktu enam bulan adalah pemberian ASI secara ekslusif. Pada kurun waktu setelah enam bulan secara anatomi dan fisiologi bayi sudah dapat menerima makanan selain ASI yaitu Makanan Pendamping ASI (MPASI) selain tetap melanjutkan pemberian ASI. Hal ini diberikan karena perkembangan bayi yang sudah siap untuk makan yang dapat ditandai dengan beberapa hal seperti proses mengunyah dan menelan makanan, bayi dapat duduk dengan tegak, mulai dapat memegang sendok walaupun masih ‘berantakan”.
Namun pada beberapa bayi, ada yang terpaksa diberikan makanan selain ASI yaitu susu formula. Misalnya bayi yang lahir dari ibu dengan HIV, ibu dengan kanker yang memerlukan terapi yang akan membahayakan isi ASI, ibu yang sudah meninggal, ibu yang setelah bersalin dirawat di ruang ICU, ASI ibu yang tidak ada sama sekali walaupun ibu sudah mendapatkan laktagog (perangsang ASI), atau jika bayi tidak mendapatkan ASI yang adekuat.
Akhirulkalam, peringatan Sepekan ASI merupakan pengingat kembali bahwa kodrat ibu adalah menyusui bayinya dan bertanggungjawab memenuhi hak nutrisi bayi hingga dua tahun. Agar ibu menjadi ibu yang lebih baik sehingga membuat hubungan ibu dan bayi semakin kuat, ASI harus diberikan dengan cara yang baik pula. Adanya peringatan ini, diharapkan orang tua bisa back to nature, karena anak berhak mendapatkan ASI dari ibunya kecuali dalam kondisi tertentu. Setelah 6 bulan beri makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan tetap memberikan ASI. Jika secara fitrah mampu menyusui berikanlah ASI selama dua tahun dan makan makanan yang bergizi.
Disarikan oleh Ikhda Khullatil Mardliyah dari Wawancara Eksklusif bersama dr. Yanti Susianti, Sp. A (K) di Gd. FKIK , Rabu, 02 Agustus 2017. dr. Yanti sendiri adalah dosen FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dokter spesialis anak. (Farah NH/ZM)
Sumber berita; http://www.uinjkt.ac.id/dosen-uin-asi-ekslusif-dan-kekebalan-tubuh-anak/